Sabtu, 24 April 2010

karangan trip di pantai sirat

perjalanan mancing bersama demangan rock fishing jogjakarta


menuju lokasi





hampir tiba di lokasi





sedikit lagi





sepuluh langjah lagi tiba di lokasi





tiba di lokasi, persiapan mendirikan tenda





tenda siap di gunakan





persiapan piranti





melempar umpan






mencari posisi









merapikan posisi







menunggu strike





pemandangan di sirat





keindahan pantai karang di sirat





perjalanan pulang,satu kakap merah berhasil kami daratkan





menutup perjalanan kami,see you next time

Mancing Jigging

Jigging sebenarnya hanyalah salah satu dari sekian banyak teknik mancing
yang banyak dilakukan orang. Hanya memang teknik ini jauh lebih bopeler
(baca : populer) di Jepang. Dan rata-rata pemancing Jepang memang lebih
menyukai teknik-teknik mancing yang mengandung unsur olah raga cukup banyak
seperti jigging dan casting menggunakan popper (sering juga disebut dengan
istilah 'popping').

Dibandingkan teknik lain, jigging ini memang jauh lebih menarik. Mengapa ?
Karena hanya dengan teknik jigging inilah seorang pemancing bisa mendapatkan
ikan dasar, ikan tengah dan bahkan ikan permukaan tanpa mengganti piranti
mancingnya. Seperti kita ketahui, mancing jeblug hanya efektif untuk ikan
dasar sedangkan casting dan trolling hanya efektif untuk ikan2 permukaan.
Tetapi dengan teknik jigging, 'action' dari umpan yang digunakan masih
atraktif baik di dasar, tengah, maupun mendekati permukaan air.

KAPAL
Untuk jigging cara yang paling umum digunakan adalah drifting (tidak lego
jangkar). Tetapi saat ngobrol dengan Munadi terakhir (akhir bulan lalu),
dia mengatakan kepada saya bahwa ada teknik baru (yang rencananya akan
diajarkan kepada saya), yaitu dengan kondisi kapal turun jangkar. Caranya
adalah teknik memainkan umpannya yang membuat kondisinya mendekati kondisi
bila sedang
'drifting'. Tapi sayangnya waktu itu Munadi sedang padat dengan acara
keluarga dan saya pas sibuk-sibuknya dengan urusan kantor, padahal Munadi
sendiri cuma punya waktu 5 hari berada di Jakarta (Senin pagi sampai Jumat
sore). Maka tertundalah rencana mencoba teknik jigging baru tersebut sampai
sekitar akhir tahun nanti.

UMPAN
Umpan yang digunakan untuk jigging ini biasa disebut "JIG". Jig ini biasa
dibuat dari timah padat dengan berat dari yang "cuma" beberapa puluh sampai
yang ratusan gram. Bentuknya - seperti umumnya umpan buatan lainnya -
'agak' mirip ikan dan memiliki variasi warna yang cukup banyak.
Sampai saat ini teknologi jig yang paling canggih masih dikuasai oleh
Jepang. Canggih di sini dalam arti bila jig tersebut kita jatuhkan ke laut
tidak meluncur lurus kebawah (meskipun beratnya ratusan gram), akan tetapi
bergerak seperti ikan umpan sedang berenang (saya pernah memperhatikannya
dengan mata telanjang saat laut sedang luar biasa jernih).
Saya setuju dengan pendapat Pak Kornelius bahwa memancing dengan teknik ini
(begitu juga casting menggunakan umpan buatan) akan sangat praktis dan
bersih karena tidak perlu mencari umpan alami (cumi, ikan, udang, dsb) yang
rata2 kotor dan berbau kurang sedap (apalagi cumi tanpa kepala yang udah
pernah dipake Pak Greg he....he....he....).

KENUR
Agar 'action' jig terlihat natural dalam air, idealnya kenur yang digunakan
cukup ringan dan berdiameter kecil tetapi kuat. Karena itulah biasanya
jigging dilakukan dengan menggunakan 'braided line'. Kendalanya mungkin
dalam hal ketersediaannya yang sangat terbatas di toko pancing sekitar kita
dan harganya yang cukup membuat 'gleg..!'. Terakhir saya tanya Munadi hari
Selasa kemarin sekitar Rp. 200.000 per seratus meter di Jepang sana (10 kali
lipat harga monofilamen 'Maxima IGFA class').

JORAN
Idealnya (kembali saya pake kata 'ideal' karena tidak bersifat mutlak,
tergantung kekuatan dompet kita), joran yang dipake untuk jigging cukup
ringan tapi kuat dan secara ergonomis tidak terlalu menyebabkan tangan kita
cepat lelah baik saat memainkan umpan maupun saat mengajar ikan. Peralatan
ideal diperlukan kalo kita memang niat jigging seharian (saya sendiri juga
nggak yakin kuat jigging seharian).
Karena teknik jigging sendiri sudah sangat menguras tenaga (begitu juga
dengan bobot umpannya), maka diusahakan bobot rod & reel -nya harus
seringan
mungkin agar tidak terlalu menambah beban. Kendalanya sekali lagi soal
ketersediaan dan harganya. Salah satu joran jigging yg bagus dimiliki oleh
Indra P (Shimano Saurus). Tanya aja sendiri berapa puluh ribu yen harganya.
Joran 'biasa' tetap masih bisa digunakan, konsekuensinya cuma kita lebih
cepat capek dan agak sulit mengatur sentakan/goyangan agar action jig
sebagus mungkin.

REEL
Syarat utama reel untuk jigging adalah drag-nya yang harus kuat. Spinning
Reel 'original' yang bayak dipakai adalah Stella atau Twin Power karena
sudah teruji kualitas drag-nya, juga karena bobotnya yang ringan. Di Jepang
sana para maniac jigging malah udah hobby membongkar habis reel kemudian
mengganti komponen drag dan gear dengan bahan-bahan yang kuat. Bisa jadi
body-nya Penn (yang udah terkenal tahan banting), kemudian drag-nya diganti
dengan yang bagus begitu juga beberapa komponen lainnya. Ya kira2 seperti
mobil rally, bodinya Timor tapi jerohannya udah macem2.
Drag memang harus kuat karena sifat braided line yang sama sekali nggak
melar seperti monofilamen, sehingga tenaga betotan ikan sebagian besar
langsung ke reel (tidak diredam oleh melarnya kenur).

TAPI, seorang pemancing haruslah KREATIF alias tidak akan menyerah dengan
kendala keterbatasan peralatan. Dengan kondisi Rupiah yg letoy seperti
sekarang saya sendiri juga jauh dari mampu untuk membeli peralatan yang
layak untuk jigging. Tapi rasanya ada beberapa jenis berhala yang bisa
diakali untuk dimodifikasi, dan bahkan dipakai apa adanya (resikonya paling2
kita yg dimainin ikan, bukan kita yg mainin ikan saat fight
he...he....he....).

TEKNIK MANCING
Agak sulit menerangkannya lewat tulisan, tapi saya akan coba semaksimal
mungkin.
Prinsip utamanya mungkin cuma nurunin umpan sampai dasar kemudian
perlahan-lahan digulung lagi sambil memainkan joran agar action jig-nya
atraktif buat ikan. Teknik memainkannya bisa bervariasi tergantung sifat
jig yang dipakai. Yang paling mudah mungkin seperti kita sedang mancing
ikan umpan menggunakan kotrekan. Begitu umpan sampai di dasar, joran agak
dikocok sambil menggulung reel pelan-pelan. Saat umpan sudah sampai
permukaan tapi nggak ada yg nyamber juga, ya turunin lagi, kocok sambil
gulung, turunin lagi....dst. Begitulah kerjaan kita seharian. Bayangkan
aja kalau jig yang kita pakai seberat 200 gram seperti yg ditawarin Soni
itu, dua kali nurunin umpan aja udah lumayan pegelnya lengan kita ini.
Karena braided yang digunakan biasanya ada tanda pembedaan warnanya, kita
bisa tahu posisi jig ada di kedalaman berapa meter dari permukaan pada saat
kita sedang melakukan kocok-gulung. Sesuai dengan kecepatan ikan, maka
kecepatan menggulung juga makin cepat saat makin mendekati permukaan air,
karena sifat ikan2 permukaan yg relatif lebih cepat.

Kendala bagi pemula, seperti yang pernah disampaikan oleh Soni mengenai
belajar casting, yaitu unsur capek dan kebosanan terutama di perairan2 yg
nggak melimpah ikannya seperti di Kepulauan Seribu.
Bila diadakan pelatihan, rasanya Indra P dan Soni bisa menyediakan alat2
peraganya sekaligus jadi instrukturnya. Munadi sendiri paling cepat bulan
September baru ke sini, itupun mungkin cuma 2 - 3 hari.